Sunday, September 12, 2021

Pedagogi Pembelajaran 1 : Teori Belajar

 KOMPETENSI

Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran teori belajar ini, Anda diharapkan dapat menerapkan teori belajar dalam pembelajaran untuk mendukung tugas keprofesian dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik agar membangun sikap (karakter Indonesia), pengetahuan dan keterampilan peserta didik.

 

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

Setelah mempelajari materi dalam pembelajaran teori belajar ini, Anda dapat:

Menjelaskan teori belajar behavioristik;

                 

                MATERI POKOK

                Adapun materi pokok yang akan dipelajari di dalam pembelajaran sebagai berikut.

                1. Teori Belajar Behavioristik dan implikasinya dalam pembelajaran.
                2. Teori belajar Kognitif dan implikasinya dalam pembelajaran.
                3. Implikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran.
                4. Teori belajar Konstruktivistik dan implikasinya dalam pembelajaran.
                5. Teori belajar Humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran.

                Bahan Belajar Teori Belajar

                Mengapa Anda harus mempelajari materi ini?


                Teori belajar merupakan salah satu materi yang harus Anda kuasai sebagai guru agar mampu menerapkan teori belajar dalam pembelajaran untuk mendukung tugas keprofesian dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik agar membangun sikap (karakter Indonesia), pengetahuan dan keterampilan peserta didik

                Untuk mencapai kompetensi tersebut, Anda akan mempelajari materi teori belajar behavioristik dan implikasinya dalam pembelajaran, teori belajar kognitif dan implikasinya dalam pembelajaran, implikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran, teori belajar konstruktivistik dan implikasinya dalam pembelajaran, dan teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran dari bahan belajar mandiri yang telah disediakan. Bahan belajar mandiri ini dapat Anda akses dan pelajari secara online, dan atau Anda unduh untuk dipelajari secara offline.

                Selain itu, bahan paparan atau media lain disertakan untuk membantu Anda dalam mempelajari materi. Pada akhir sesi pembelajaran, Anda diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan sebagai reviu pembelajaran yang sudah Anda lakukan.

                Jika dirasa pemahaman Anda belum maksimal, jangan khawatir!
                Anda dapat mengulang pembelajaran maupun reviu sesuai dengan kebutuhan.

                Tahap Perkembangan Kognitif Piaget


                Terdapat empat tahap perkembangan kognitif piaget, yaitu:

                1. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
                   Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir hingga umur 2 tahun. Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain lain. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria (sensori) dan gerak (motor), artinya dalam tahap ini, anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya. Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya, aktivitas sensorimotor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai bentuk interaksi dengan lingkungan.

                2. Tahap praoperasional (umur 2-7/8 tahun)
                   Saudara mahasiswa, tahap praoperasional merupakan tahap ke dua dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Ciri-ciri lain anak praoperasional adalah 1) berfikirnya bersifat irrevesibel, 2) bersifat egosentris dalam bahasa komunikasi, artinya dalam bermain bersama anak-anak cenderuung saling bicara tanpa mengharapkan saling mendengar atau saling menjawab, dan 3) lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan lain (Hergenhahn & Olson, 2001). Pada usia ini anak cenderung berfokus pada satu aspek situasi dengan mengesampingkan aspek lainnya, proses ini disebut dengan pemusatan (centering) (Hill, 2009). Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu pralogis dan intuitif. 
                    Pralogis (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek. Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. 

                3. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
                   Saudara mahasiswa, tahap ini merupakan tingkat permulaan anak berpikir rasional. Pada usia ini anak sudah masuk persekolahan di tingkat Sekolah Dasar. Maksudnya, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bilamana mereka menghadapi seuatu pertentangan antar pikiran dan persepsi, maka anak akan lebih memilih pengambilan keputusan logis, dan bukan keputusan perseptual seperti anak praoprasional (Nurjan, 2016).
                   Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit. Selama tahap ini bahasa juga berubah. Anak-anak menjadi kurang egosentris dan lebih sosiosentris dalam berkomunikasi (Dahar, 2006). Mereka berusaha untuk mengerti orang lain dan mengemukakan perasaan dan gagasan-gagasan mereka pada orang dewasa dan teman-teman. Proses berpikir pun menjadi kurang egosentris dan mereka sekarang dapat menerima orang lain.

                4. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
                   Saudara mahasiswa, ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu disebut operasional formal (Ibda, 2015). Beberapa karakteristik berpikir operasional formal (Nurjan, 2016) yaitu: 1) berpikir adolesensi ialah berpikir hipotetis-dedukatif. Ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, dan mengecek data terhadap setiap hipotesis untuk mendapat keputusan layak. Tetapi ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. 2) tahap ini ditandai dengan berpikir proposisional, yaitu kemampuan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan konkret dan pertanyaan yang berlawanan dengan fakta. 3) berpikir kombinatorial, yaitu berpikir meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan atau proposis-proposisi yang mungkin. 4) berpikir refleksif, artinya anak mampu berfikir kembali pada satu seri operasioal mental.
                   Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada tingkat operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang berumur 8 tahun pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya (Wilis, 2011).

                0 komentar:

                Post a Comment